Di pagi yang cerah ini, saya akan memposting tentang KAMUS BAHASA TEGAL. Sebelum ke kamus, mari kita lihat apa dan bagaimana sejarah bahasa Tegal.
Melihat dari sejarah, bahasa Tegal itu termasuk ke dalam dialek yang ada di daerah pantai pesisir utara meliputi wilayah Tegal, Brebes dan Pemalang.
Sekarang mari kita lihat di wikipedia.
Bahasa Jawa Tegal
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Bahasa Jawa Tegal adalah salah satu dialek bahasa Jawa yang dituturkan di Kota Tegal dan sekitarnya.
Tegal termasuk daerah Jawa Tengah di dekat perbatasan bagian barat. Letak Tegal yang ada di pesisir Jawa bagian utara, juga di daerah perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat, menjadikan dialek yang ada di Tegal beda dengan daerah lainnya. Pengucapan kata dan kalimat agak kental. Dialek Tegal merupakan salah satu kekayaan bahasa Jawa, selain Banyumas. Meskipun memiliki kosa kata yang relatif sama dengan bahasa Banyumas, pengguna dialek Tegal tidak serta-merta mau disebut ngapak karena beberapa alasan antara lain: perbedaan intonasi, pengucapan, dan makna kata.
Ciri khas
Selain pada intonasinya, dialek Tegal memiliki ciri khas pada pengucapan setiap frasanya, yakni apa yang terucap sama dengan yang tertulis. Secara positif -seperti dipaparkan oleh Ki Enthus Susmono dalam Kongres Bahasa Tegal I- hal ini dinilai memengaruhi perilaku konsisten masyarakat penggunanya. Untuk lebih jelas, mari kita amati beberapa contoh dan tabel berikut ini:
padha, dalam dialek Tegal tetap diucapkan 'pada', seperti pengucapan bahasa Indonesia, tidak seperti bahasa Jawa wetanan (Yogyakarta, Surakarta, dan sekitarnya) yang mengucapkan podho.
saka, (dari) dalam dialek Tegal diucapkan 'saka', tidak seperti bahasa Jawa wetanan (Yogyakarta, Surakarta, dan sekitarnya) yang mengucapkan soko.
Tabel 1 (perbedaan pengucapan)
Dialek Tegal
Bahasa Jawa Standar
padha
podho
saka
soko
sega
sego
apa
opo
tuwa
tuwo
Dalam kasus tersebut, Enthus menilai masyarakat pengguna bahasa Jawa wetanan (Surakarta, Yogyakarta, dan sekitarnya) kurang konsisten ketika mengucapkan gatutkaca ditambahi akhiran ne. Kata itu bukan lagi diucapkan gatutkocone, melainkan katutkacane, seperti yang dituturkan oleh masyarakat Tegal. Lihat tabel berikut ini:
Tabel 2 (kesamaan ucapan pada kata dasar ditambah akhiran ne)
Kata Dasar
Dialek Tegal
Bahasa Jawa Standar
segane+ne
segane
segane, bukan segone
gatutkaca+ne
gatutkacane
gatutkacane, bukan gatutkocone
rupa+ne
rupane
rupane, bukan rupone
Wilayah pengguna[sunting | sunting sumber]
Berikut adalah pemetaan masyarakat pengguna dialek Tegal:
Kabupaten Brebes
Kota Tegal
Kabupaten Tegal
Bagian barat Kabupaten Pemalang
Tokoh dialek Tegal[sunting | sunting sumber]
Ki Enthus Susmono, yang selalu setia memasukkan unsur dialek Tegal dalam setiap pementasan wayangnya
Lanang Setiawan, yang telaten mengumpulkan kosa kata dialek Tegal kemudian disusun dalam Kamus Bahasa Tegal. Lanang juga produktif menciptakan lagu-lagu Tegalan yang disebarkan melalui jalur indie label.
Ki Slamet Gundono
Hadi Utomo
Yono Daryono, yang menggagas Kongres Bahasa Tegal I
Contoh Dialek Tegal[sunting | sunting sumber]
A : "Koen kas maring ngendi?"
B : "Kas maring warung."
A : "Tane koen pan maring ngendi maning."
B : "Nyong pan maring warnet. Pan melu?"
A : "Neng kana pan ngapa?"
B : "Pan ngerjakna PR kliping. Sida melu?"
A : "Ya wis, tapi sing mbayari sapa?"
B : "Urunan wis. Oke?"
A : "Oke wis. Makasih."
Kongres bahasa Tegal
Kongres bahasa Tegal I digelar oleh pemerintah Kota Tegal pada tanggal 4 April 2006, di Hotel Bahari Inn kota Tegal. Acara yang digagas oleh Yono Daryono, tersebut menghadirkan beberapa tokoh antara lain SN Ratmana (cerpenis), Ki Enthus Susmono (dalang Tegal), Eko Tunas (penyair Tegal). Tujuan digelarnya kongres itu adalah mengangkat status dialek Tegalan menjadi bahasa Tegal.
Pelopor dan penggita bahasa Tegal adalah Lanang Setiawan. Selain menciptakan lagu-lagu tegalan, ia juga menerbitkan tabloid tegalan, TEGAL TEGAL, menulis novel berjudul Oreg Tegal, dan secara rutin menulis kolom tetap Anehdot Tegalan di harian Pagi Nirmala Post. Karena kesetiaannya, pada 19 Oktober 2008 ia menerima anugerah Penghargaan Penggiat Bahasa Tegal dari Walikota Tegal, Adi Winarso.
Bahasa gaul
Tak kalah dengan daerah lain, Tegal juga memiliki bahasa gaul yang asal muasalnya dari bahasa prokem. Bahasa ini pertama digunakan oleh para gerilyawan saat perang kemerdekaan. Namun perkembangan selanjutnya menunjukkan, bahasa prokem beralih fungsi menjadi bahasa gaul. Pola pembentukan bahasa gaul Tegal menggunakan distribusi fonem. Contoh kata jasak berasal dari kata bapak (bapa). Di sini huruf B digeser (diganti) dengan huruf J, dan huruf P diganti dengan huruf S. Sementara huruf hidup (vokal) tidak mengalami perubahan.
Kosa kata bahasa gaul Tegal[sunting | sunting sumber]
Asal kata
Bahasa Gaul Tegal
aku
yanu
bapa (k)
jasak
mbok (ibu)
jok
batir (teman)
jakwir
kakang (kakak)
sahang
minum
nyikung
adik
yarik
balik (pulang)
jagin
wadon (cewek)
tarok
Pelajaran bahasa daerah
Sejak masa kepemimpinan H Mardiyanto, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menerapkan aturan agar setiap siswa (dari SD sampai SMA) mendapatkan pelajaran Bahasa Jawa. Namun kebijakan ini menemui kendala yakni permasalahan dialek bahasa. Sebagai contoh, anak yang lahir di Tegal otomatis bahasa ibu-nya adalah Bahasa Tegal, bukan Yogyakarta atau Solo. Jika Pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah hanya mengacu pada bahasa standar saja, tentu para siswa akan susah menyesuaikan dengan kultur yang telah mereka terima sejak lahir. Akhirnya muncul anggapan, pelajaran Bahasa Jawa di sekolah merupakan 'paksaan' agar menggunakan bahasa-nya orang wetanan.
Kemudian, berikut saya sertakan wordpress dari salah satu tokoh budayawan Tegal, yaitu Bpk M. Hadi Utomo mengenai sejarah dan serba-serbi bahasa Tegal.
Diambil dari : jendela tegal | Catatan Kecil Bahasa dan Sastra Tegal | Page 2
https://jendelategal.wordpress.com/page/2/
Pendahuluan .
Menurut EM Uhlenbeck,seorang ahli bahasa Jawa dari Belanda mengelompokkan bahasa Jawa menjadi 3 kelompok,yakni.: a.Kelompok bahasa Jawa bag.timur (Malang,Surabaya,Madiun) b.Kelompok bahasa Jawa bag.tengah(Surakarta,Yogyakarta dan Semarang) c.Kelompok bahasa Jawa bag.barat (Tegal,Banyumas,Cirebon,Banten Utara).
Bahasa Tegal adalah bahasa yang digunakan sebagai sarana komunikasiidentitas/jatidiri masyarakat yang berasal dan bertempat tinggal di wilayah Tegal (kota/kab) dan sebagian kab.Brebes dengan penutur kl.3 juta.
Sebagai sebuah bahasa,bahasa Tegal memiliki ciri dan kaidah sendiri dalam hal fonetis-fonologis (huruf dan bunyi),morfologi (pembentukan kata dengan penambahan/pengurangan huruf) ,sintaksis (susunan kata dalam kalimat) maupun semantik.(tatabahasa).
I.Kedudukan Bahasa Tegal.
- UUD 45 ps.32 ayat 2. (Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional)
- UU 32/2004 ttg.Otonomi Daerah ps.22 huruf m (Pemerintah daerah berkewajiban melestarikan nilai2 sosial budaya daerah.
- Perda propinsi Jateng no.17/2012 yang mengharuskan satu hari dalam satu minggu menggunakan bahasa daerah (sesuai dengan bahasa lokal masing2 daerah) di semua dinas/isntasi/sekolah/lembaga perusahaan dsb.
II.Bahasa Tegal Sebagai bahasa ibu
Sejak th.1951 Unesco telah merekomendasikan bahasa ibu sebagai bahasa pengantar pendidikan.
Sejak th.2000 Unesco telah menetapkan setiap tg.21 Pebruari sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional.
(untuk mengenang “revolusi bahasa”,yakni demonstrasi dan pengorbanan rakyat Bangladesh dibawah kekuasaan Pakistan th.1952 dalam mempertahankan bahasa Bengali sebagai bahasa ibu rakyat Bangladesh).Dengan peringatan ini diharapkan setiap bangsa akan memelihara bahasa ibu agar tidak kehilangan budaya dan identitasnya.
Bahasa Tegal adalah satu dari 700 bahasa ibu di Indonesia yang yang masih digunakan.169 bahasa ibu di Indonesia terancam punah.
Sebagai bahasa ibu dan warisan budaya,bahasa Tegal dapat didaftarkan ke badan dunia Unesco sebagaimana wayang,keris,angklung dsb.Syaratnya a.l.adanya penutur,regenerasi,dan literasi (penerbitan buku2 a.l.kamus).
Dalam tataran praktis bahasa Tegal sudah digunakan untuk pelbagai kepentingan, a.l.
a.komunikasi sehari-hari antar warga dan keluarga
b.slogan daerah : – Tegal Keminclong Moncer Kotane, Tegal Laka-laka,Kabupaten Tegal sing Mbetahi lan Ngangeni.
c.Media cetak Siaran radio : Rubrik Ngresula (Radar Tegal),Warung Poci (Suara Merdeka),Iklan/Jingle/Lagu-lagu Tegalan/Narasi penyiar /banyak yang menggunakan bahasa Tegal.Bahkan setiap hari jadi kabupaten/kota Tegal dalam Upacara Bendera maupun Sidang Paripurna DPRD selalu menggunakan bahasa Tegal.
(dibacakan contoh pidato Bupati Tegal).
d.Dakwah Islam / Khotbah Jum’at di mesjid yang ada didesa2.
e.Terbitan buku-buku berupa karya sastra (puisi,cerpen,monolog dsb).
III.Bahasa Kasar dan Bahasa Halus.
Bahasa Tegal hanya mengenal strata bahasa ngoko dan bebasa (krama) dan tidak mengenal krama inggil,sebagaimana bahasa Jawa baku.Beberapa pakar linguistik menerangkan adanya “kekuasaan simbolik” yang menciptakan/menumbuhkan strata bahasa baru sebagai lambang kekuasaan.Hal ini dilakukan oleh kekuasaan Mataram dengan menciptakan strata bahasa baru untuk membedakan adanya feodalistik,raja dan kawula,priyayi dan bukan priyayi,bahasa rendahan dan adiluhung,yang berakibat pemberian stigmatisasi kepada penuturnya sebagai kelompok masyarakat yang rendah,kasar,tidak punya tatakrama dan tidak bisa menduduki jabatan2 tertentu.
Bagi penutur Bahasa Tegal yang bukan penutur asli, akan sangat sulit untuk mempelajari, merekonstruksi dan memahami pembentukan kata dalam bahasa Tegal.
1. Kosakata asli atau bentukan ?
menangi atau ngranapi = pernah mengalami,pernah mengetahui ; tidak berasal dari kata menang yang mendapat awalan me dan akhiran i ;
mesusi = mencuci beras (sebelum ditanak) ; tidak berasal dari kata sus, atau mesus, atau susi
Pacetan = jajanan yang disuguhkan, snack ; bukan dari kata macet
Kaliren = kelaparan ; bukan dari kata lir (?)
Tretean (belajar berjalan), rajungan (sejenis kepiting) dsb. Adalah sebuah kosakata,bukan kata bentukan.
Disukani : diberi. Apa kosakatanya ? suka,sukan,?
Dienteni, apa kosakatnya ?enten ?
Kedangdapan ; kedebugan apa kedabigan..(semaunya,terserah)
Kedhobhrohan ?semaya ?
2. Rinci.
Bahasa Tegal memiliki kosakata yang sangat rinci.dan memiliki kontek yang khusus (kontekstual)
Elik dan purik
Kendel dan wani
Si Bodong bocah kendel, bengi2 wani mlaku nang kuburan
Si Jablud bocah kecing, ora wani mlaku dewekan.
Si Damad wani mering wong tuwa.
Hanya penutur asli dan teliti yang mampu membedakan antara kecing dan wedi, wani dan kendel.
Bobot dan abot .
Bobote 5 kg. Nyambut gawe abot.
Njiwit,nyethot,nyethit,njewel,nyemol,nyuwol dsb dalam bhs Ind. hanya mencubit.
Kata sifat/kata keterangan yang mnenunjukkan setengah/hampir/antara : semineb, cepel,magel,
kemanjon,
sifat/keterangan yang menunjukkn keadaan lebih/sangat,misalnya : dalu ,klomoh,kepoh
3. Banyak persamaan kata/sinonim.
Rada – radan – sada- sadan – semada- semadan –semanda- semandan – mada – madan – manda- Mandan. ( 12 macam kata untuk mengatakan agak)
Sarug-nyarug – nggesruk-nggesrak – kejedhag-kejengkang – njadhag-gupak
klomoh, klopot,glopot,kepoh,letheh
thingkring,mlangkring,ketingkring,thethingkring dsb.
mlangkring kk.: naik di atas ; kt.lain nangkring,ningkring, thing kring,kethingkring, thething -kring.
nembē kkt : baru saja ; kt.lain tembē,tembēnē,nembēkē,mbēkēn.
oncēk : kupas ; kt.lain oncēt atau ocēt; ngocēt (ngocēti) : mengu pas.
4. Makna/arti yang tidak umum/lazim.
nglancong : bertamu tdk ada hubungannya dngan pelancong,wisaata…. ,
nglusmen : makan di warung, tdk ada hubungannya dengan losmen (penginapan)
plesir. : yang berarti melancong.
5. Tanda baca yang dapat merubah arti.
Ketel : rambut tebal ; kètèl : teko untuk merebus air
Tetel : padatkan,ditekan supaya muat ; thēthēl : menyayat daging.
Kecap : ucapan ; kécap ; soya.
Kenthir : tidak waras ; kèntir : hanyut.
Kerē : tirai bamboo ; kéré : pengemis.
Keri : geli ; kēri : tertinggal
Tekek, tekēk
6. Kata/istilah khusus : mencuci beras ->mesusi ; membeli beras -.> nempur ; merebus beras -> ngliwet/adang ; tempat beras -> perdaringan ;menumbuk padi -> nutu ; sosoh ->mmbersihkan/memutihkan ; memotong padi -> derep. Nglethak,nglethuk,nglethis,nyigit.masing2 menggigit benda2 yang khusus.ngoncog,
Pecoh….?
Ngalubi, ngangsu.
7. Sulit diterjemahkan
Eksotisme bahasa Tegal ditandai dengan kayanya kosakata yang sulit dicari padan katanya dalam bahasa Indonesia. Bahasa Tegal juga banyak memiliki leksikon emotif ekspresif yang tidak dijumpai dalam bahasa lokal lainnya.
/mbandhil/mlanggrang/nyegrak/patingnjluwag/gonggoman/krèkèlan/kocolan/kepokoh /kesampluk/dadaha/mangseg/ngedrel/ketriwal/njubleg dsb.
kemresek,kemrusuk,kemrisik,kemrèsèk/medodod/njebrol/mecothot/nyelag/mèngsol/marab-marab/njekutrut/cebrik/njetathut/ngoncogi dsb.
Januk,januka,sanganuk,banuken,bulabula,kedimaha,kadehe,meyeg,doyong,nglethus, nglethis,nyigit,adalah sedikit dari ratusan leksikon yang belum berhasil saya terjemahkan dengan tepat
lēr / ngelēr : meratakan.
ngēgang : berjalan mengangkang,habis sunat.
nggeblag / pager nggeblag/nggeblag meja :
korok.: membersihkan barang yang berlubang dengan memasukkan sikat atau alat pembersih lain dengan gerakan maju mundur; ngoroki/turu ngorok. :
rawud : mengambil sesuatu dengan tangan dan jari-jari terbuka
nyisil : makan biji2an bekulit,tetapi kulitnya dikupas menggunakan gigi (paruh) dan langsung mengunyah.
tengkula / tengkula : kok malah .
ndhempēs : duduk sipojok/ditempat tersembunyi.
mlenthing : bintik kecil di kulit (akibat infeksi).
mlenthung : bintik agak besar dikulit (akibat terbakar atau kena air panas)
8. Berubah atau berpindah huruf.morfofonemik
Wira wiri ->riwa riwi. Nglancong ->nganclong. Ēcēran -> ētēran Mencuci ->mesusi Kabehe -> kadhēhē ; sinau – genau ; dadi –gadi ; durung-guruing-hurung;dudu-gudu-hudu;
Penutup.
Sebagai salah satu dari 700-an bahasa ibu yang ada di Indonesia,bahasa Tegal selama berabad-abad tumbuh dan berkembang dengan liar hanya sebagai sarana kumunikasi verbal dan hampir tidak pernah digunakan dalam wacana literasi dan pendidikan. Hal ini mengakibatkan pola-pola sintaksis dan tatabahasa yang menyimpang dan terjadinya banyak perubahan fonetis fonologis dan juga perubahan morphologis.
Hal-hal tersebut sudah tentu akan lebih memperkaya ekspresi Sastra Tegalan baik dalam penulisan puisi maupun narasi-narasi prosa dan drama.Sayangnya leksikon ekspresif tersebut seringkali hanya digunakan untuk bahan lawakan atau trik memancing tawa.
Sama halnya dengan bahasa Indonesia maka serapan bahasa asing tidak bisa dihindari oleh pengguna bahasa Tegal.Disamping adanya kreatifitas bahasa yang muncul dari jargon yang tidak ketahuan dari mana sumbernya,kharim,padasan,pejaratan,nderes,wapèk,waplo,um (oom),jakwir,goceng,ceban dsb.***
Mempertegas Budaya Tegal
June 4, 2014 jendelategal
Kabupaten Tegal yang berulang tahun ke-413 pada tanggal 18 Mei 2014, memiliki visi dan misi yang berorientasi budaya dan keagamaan. Tidak mengherankan,karena pasangan Bupati dan Wakil Bupati yakni Ki Enthus Susmono (48) dan Dra.Hj.Umi Azizah (54) keduanya adalah tokoh seni budaya dan pimpinan ormas Islam terbesar diwilayah ini. Selengkapnya visi pembangunan dalam RKPD (2014-2019) adalah “Mewujudkan Masyarakat Kabupaten Tegal yang Mandiri, Unggul, Berbudaya, Religius dan Sejahtera”. Visi tersebut dipertegas dalam motto yang berbunyi “Cinta Budaya Tegal,Cinta Produk Tegal,Cinta Pelayanan,Cinta Desa”. Diksi tentang Cinta Budaya Tegal sudah seharusnya diapresiasi seluruh warga dan pemangku kepentingan terlebih lagi para seniman-budayawan di Kabupaten Tegal.
Terminologi Budaya dalam visi Pembangunan Kabupaten Tegal sudah tentu tidak bisa dimaknai secara sempit dan dangkal.Budaya bukan sekadar kesenian,apalagi pertunjukan atau hiburan. Budaya dalam kontek pelaksanaan Otonomi Daerah sebagaimana tercantum dalam ps.22 (m) UU No.22 Th.2002 , disebutkan bahwa Pemerintah Daerah berkewajiban melestarikan nilai-nilai sosial budaya.Nilai-nilai tersebut harus digali dari segala sumber yang membentuk ciri dan karakter Budaya Tegal,antara lain ajaran agama, bahasa, seni, tradisi ,kearifan lokal dan lain sebagainya.
Menempati urutan ke-47 sejak bupati pertama Pangeran Adipati Mertoloyo (1625-1679) ,Ki Enthus Susmono adalah bupati yang bukan berasal dari tokoh politik atau pejabat pemerintahan seperti para pendahulunya. Dikenal luas sebagai dalang kondang bahkan sampai ke mancanegara selama lebih 30 tahun, Ki Enthus telah berhasil mengangkat nama Tegal sebagai daerah yang banyak melahirkan seniman-seniman terkenal antara lain alm.Parto Tegal/aktor film,alm.Chairul Umam/sutradara, alm.Slamet Gundono /dalang. Melalui garapan yang diberi nama Wayang Santri, Ki Enthus menampilkan karakter lokal yang sangat “Tegal”, yaitu Lupit dan Slentheng sebagai potret mini masyarakat Tegal. Ki Enthus juga telah berhasil mengangkat Bahasa Tegal tidak saja sebagai sarana humor dan kritik didalam pertunjukan wayangnya,tetapi juga sebagai sarana komunikasi verbal didalam gaya kepemimpinannya sebagai Kepala Daerah.
Kalau kita menyimak sejarah kepemimpinan Kabupaten Tegal sejak masa penjajahan sampai masa kemerdekaan ,maka pemimpin daerah (baca Bupati) telah disetting dalam format feodalistik,yakni adanya garis keturunan yang merujuk kepada trah kaum priyayi. Hal ini sudah tentu menimbulkan efek rendah diri berkepanjangan dari masyarakat Tegal yang merasa tidak terpelajar,tidak bisa berbahasa halus atau kromo inggil dan bukan trah priyayi. Namun sejak era reformasi dengan pemilihan kepala daerah secara langsung, Kabupaten Tegal memasuki babak baru dengan tampilnya putra daerah (Tegal) sebagai pemimpin yang fasih berbahasa Tegal.
Bahasa Tegal yang merupakan sarana komunikasi dan jatidiri masyarakat Tegal dewasa ini berkembang dengan sangat liar tanpa campur tangan birokrasi pendidikan yang seharusnya memelihara dan mengayomi. Sehingga ada pandangan miring yang dilekatkan kepada Bahasa Tegal sebagai bahasa kasar dan tidak memiliki unggah ungguh atau tatakrama.Padahal banyak yang tidak menyadari bahwa Bahasa Tegal juga memiliki ungkapan honorifik untuk menghormati lawan bicara.Belum lagi sangat beragamnya kreatifitas dalam Bahasa Tegal misalnya peribahasa ,pasemon,nasehat dan pitutur,gugon tuwon dan narasi-narasi spiritual yang digunakan dalam acara dan upacara tradisi dan kearifan lokal lainnya.Bahasa Tegal juga cukup massif digunakan sebagai jargon politik dalam kampanye pilkada dan pileg.Terbukti dengan kemenangan pasangan Ki Enthus Susmono dan Drs.Hj.Umi Azizah tidak lepas dari penggunaan bahasa ibu tersebut.
Sejak puluhan tahun yang lalu Bahasa Tegal juga sudah digunakan oleh para Kiyai dan Santri di pondok-pondok pesantren. Gaya bahasa yang digunakan masyarakat Tegal yang berkembang secara liar dan beragam tersebut sejatinya mencerminkan perilaku masyarakat Tegal yang lebih egaliter,demokratis,blakasuta bahkan ekspresif-kreatif dalam mengemukakan perasaan dan gagasannya.Hal ini tampak dalam inovasi dan kreatifitas masyarakat Tegal dibidang-bidang lain antara lain industri logam,batik Tegalan,dan semangat “bawah” atau merantau dan bekerja/berusaha keluar kota seperti usaha warteg (warung Tegal) dan martabak Tegal yang sampai ke mancanegara.
Jika perilaku berbahasa diyakini memiliki keterkaitan dengan perkembangan budaya masyarakatnya, maka Budaya Tegal bukanlah sesuatu yang abstrak.Bahasa dan budaya memiliki kekuatan yang saling memengaruhi.Jika bahasa sebuah masyarakat berkembang,maka budaya masyarakat tersebut juga berkembang. Mudah-mudahan dengan slogan Cinta Budaya Tegal, Pemerintah Kabupaten Tegal dibawah kepemimpinan Ki Enthus Susmono akan memberikan perhatian yang lebih besar kepada Bahasa Tegal dengan membentuk Lembaga Bahasa dan Budaya Tegal, sebagai lembaga yang berwibawa untuk merawat bahasa Tegal sebagai identitas dan sarana komunikasi dan ekspresi masyarakat Tegal. **
Demikian kutipan-kutipan yang diambil dari beberapa sumber, kemudian saya mencoba membuat aplikasi KTI (Kamus Tegal Indonesia) versi android. Menurut saya, di playstore banyak kamus bahasa daerah yang sudah ada dan tinggal diunduh. Namun, kamus bahasa Tegal kok belum ada. Terkadang, miris juga rasanya... Bahasa Tegal sebagai bahasa ibu (kebetulan saya ortega atau orang tegal asli) seharusnya juga ada versi digitalnya. Tergeraklah hati saya untuk membuat kamus Tegal.
Sebagai bahan referensi, saya mengambil dari KTI yang disusun oleh Bpk M. Hadi Utomo dan dari internet juga berdasarkan pengamatan, observasi yang telah dilakukan ketika kita berdialog sehari-hari menggunakan bahasa Tegal. Saya catat kosakata yang sering digunakan juga kata yang jarang muncul ataupun kata yang hanya digunakan pada komunitas tertentu yang ada di Tegal.
Cover Kamus Tegal Indonesia edisi ketiga. Ini merupakan kamus yang limited edition, karena saya sudah survei ke toko buku yang ada di Tegal dan memang tidak dijual. Namun akhirnya saya berhasil mendapatkan kamus langka tersebut. KTI iniemuat lebih dari 8000 kata. Monggo silahkan beli ya kamus tersebut (:-))
Berikutnya saya akan capture-kan kamus Tegal versi android yang telah saya ketik..
Kamus ini masih banyak kekurangan. Namun setidaknya melalui kamus ini Anda akan dengan mudah mengetahui apa arti dari kata-kata dalam bahasa Tegal yang terkenal unik itu :-)
Untuk versi demonya, input database abjadnya masih terbatas,. Baru abjad A sampai C. Next, akan dilanjut lagi hingga full version.
Monggo di coba Free Version-nya :-)
http://www.mediafire.com/download/6bqdradkp5edsw2/KamusModelSingle.apk
Untuk saran dan masukannya silahkan komen ya sedulur...
Sekian dulu